DiIndonesia, penyelenggaraan pemilu memang secara periodik sudah berlangsung sejak awal kemerdekaan bangsa ini, namun format demokrasi yang ideal baru nampak pada penyelenggaraan pemilu 2014 lalu yan terdiri dari pemilu legislatif dan pemilu presiden, yang berjalan relatif dan cukup aman. Demokrasi dalam budaya politik parokial hanya dapat JAKARTA JP Radar Kediri - Perekonomian Indonesia tumbuh impresif sebesar 5,44% (YoY) pada triwulan 2 tahun 2022 dan secara triwulanan, ekonomi nasional tumbuh 3,73% (QoQ).Bahkan PDB harga konstan jauh lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi yakni sebesar Rp 2.924 triliun. Capaian ini menandakan tren pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut dan semakin menguat. 12 Meningkatnya konflik etnik dan agama di sejumlah negara dan wilayah tertentu. 13. Bertumbuhnya merek global di bidang otomotif, makanan, pakaian, elektronik, dan lain - lain. Dalam situasi global yang serba cepat, perusahaan harus memantau enam kekuatan utama : demografi, ekonomi, alam, teknologi, politik - hukum, dan sosial budaya. 1 Hierarki yang tegas/ketat. Stratifikasi sosial yang hierarki ini tampak dari adanya pemilihan tegas antara penguasa dan rakyat. 2. Kecenderungan patronage. Pola hubungan patronage ini merupakan salah satu dari beberapa budaya politik yang menonjol di Indonesia. Antara dua iindividu (patron dan clien) ada sebuah interaksi timbal-balik PengertianBudaya Politik . Untuk dapat memahami mengenai budaya politik parokial maka harus dimengerti terlebih dahulu apa itu budaya politik. Setiap masyarakat dalam suatu negara pasti akan berusaha untuk mempelajari tentang sistem politik yang berlaku di negaranya tersebut dalam hal ini adalah bagaimana sistem politik seharusnya bekerja dan hal apa saja yang menjadi kewajiban pemerintah BudayaPolitik Di Indonesia. Di wilayah Indonesia, budaya politik yakni bisa dinilai menggunakan kriteria sebagai berikut: 1. Hierarki yang Ketat. Dalam kehidupan politik, pertumbuhan budaya politik terlihat di antara para aktor politik yang dipertimbangkan. Anda tentu akan mencari manfaat dan dukungan dari atas daripada melihat dari bawah l5TbI2S. Golput. ©2012 basuki - Pemilihan umum adalah hal rutin yang dilakukan setiap 5 tahun sekali. Salah satu tujuan pemilu adalah untuk melihat peranan rakyat sebagai tokoh utama budaya politik. Namun, tahukah kamu apa pengertian budaya politik? Budaya politik adalah semua hubungan yang berkaitan dengan akal atau pikiran dan memiliki hubungan dengan terwujudnya aturan, kewenangan atau kekuasaan. Menurut Gabriel A Almond, budaya politik ini dibagi menjadi tiga golongan, yaitu budaya politik parokial, budaya politik kaula, dan budaya politik partisipan. Sekarang, kita akan membahas lebih lanjut tentang budaya politik parokial ini. Budaya politik parokial adalah tipe budaya politik yang paling rendah. Maksudnya, warga negara nggak memiliki jiwa untuk ikut berpartisipasi dalam sistem politik negara atau masyarakatnya. Golput adalah salah satu contoh budaya politik parokial yang sering terjadi. Mereka nggak peduli apa yang terjadi di dalam institusi politik. Budaya parokial ini nggak akan berkembang selama masyarakatnya nggak punya semangat untuk mengikuti sistem politik yang berlaku. Jadi, berikut ini ciri-ciri budaya politik parokial Jumlah orientasi pada sistem sebagai objek umum. Nggak ada peran-peran politik yang khusus di dalam masyarakat. Jumlah parokial menunjukkan nggak adanya harapan-harapan yang dilakukan dalam sistem politik. Kaum parokial nggak mengharapkan apa pun dari sistem politik. Parokialisme murni terjadi dalam sistem tradisional yang lebih sederhana. Nah, sekarang kamu sudah tahu tentang detail dari budaya politik parokial ini. Melihat masih banyaknya kegiatan parokial yang ada di Indonesia, bab ini menjadi penting untuk dipelajari. Kenapa? Karena tugas kitalah untuk mengubah pandangan bangsa ini. Tertarik untuk mempelajari bab ini secara lebih lanjut kan? [iwe] Ilustrasi sikap politik Unsplash YOGYAKARTA - Budaya politik suatu masyarakat dalam menerapkan sikap-sikap politiknya. Menurut artikel yang pernah diunggah VOI, masyarakat Indonesia memiliki budaya campuran , yaitu campuran antara politik parokial dan Indonesia menganut budaya parokial karena disebabkan oleh banyak hal. Mulai dari faktor rendahnya tingkat pendidikan, kondisi geografis, hingga faktor apa yang dimaksud dengan budaya politik parokial? Berikut pengertian, ciri-ciri, dan Budaya Politik ParokialBudaya politik merupakan tipe budaya politik yang memiliki jangkauan terbatas hanya dalam wilayah tertentu atau sempit, mengutip dari buku Sistem Politik Indonesia 2013 karya Sahya budaya politik ini lebih cenderung kedaerahan atau regional. Masyarakat di daerah tersebut kurang antusias untuk berpartisipasi dalam kepentingan politik yang lebih luas. Orientasi politik masyarakatnya sangat parokial enggan terlibat dalam kepentingan politik di luar daerahnya, misalnya pemilihan presiden, DPR, dll. Mereka hanya mau terlibat dalam urusan politik yang ada di daerahnya, seperti pemilihan kepala desa, pemilihan bupati, ketua komunitas, dan jurnal berjudul Budaya Politik dalam Komunikasi Politik Indonesia, Amiruddin Setiawan, menjelaskan bahwa politik parokial umumnya terjadi di Afrika, masyarakat pedalaman di berbagai negara, tak terduga pedalaman Indonesia yang menganut budaya politik ini biasanya mereka tinggal di wilayah-wilayah terpencil. Wilayah yang dengan akses yang masih terbatas, baik itu transportasi, komunikasi, dan sebagainya. Bisa kita sebut, daerah tersebut seperti di pedalaman Indonesia timur, Papua, Maluku, atau NTT. Kemudian di desa-desa pedalaman Jawa, dan Budaya Politik ParokialTingkat kesadaran warga terhadapa wewenang dan aturan pusat pemerintahan negara masih tidak memiliki ketertarikan pada objek politik yang luas atau di luar daerahnya. Masyarakat hanya antusias pada objek politik yang berada di wilayahnya atau yang punya interaksi langsung tidak melakukan peran politik secara khusus. Namun peran tersebut mereka campurkan dengan peran lain dalam keseharian. Wilayah tempat tinggal warga masih menganut sistem sosial tertentu dan bersifat tradisional. Harapan warga pada otoritas hukum atau pemerintahan yang lebih luas, bahkan tidak ada. Contoh Budaya Politik ParokialKetika pembagian bantuan sosial dari masyarakat ada seorang warga miskin yang tidak menerima. Warga kemudian melayangkan komplain kepada petugas bansos. Meskipun itu adalah ia tidak terdata karena berkas-berkas keluarganya tidak lengkap. Ia pun enggan mengurusnya ke kantor daerah pemilihan berlangsung ada seorang warga yang memutuskan golput atau tidak memberikan haknya. banyak sekali, ada yang sibuk bekerja, tidak tahu calonnya, hingga malas berangkat ke TPS. Namun ketika ada program bantuan dari Gubernur, orang tersebut seorang warga desa yang sedang dilanda sakit. Ia tidak mau membuat kartu sehat yang merupakan program dari pemerintah. Padahal program tersebut dapat membantu dan membantu perobatannya. Namun orang-orang tersebut malas menerapkan dan mendaftar program terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri di VOI . Budaya politik di dunia ini ada beberapa macam, oleh karena itu kita harus tahu dengan baik apa saja tipe-tipe budaya politik di Indonesia supaya kita tahu apa saja budaya politik dan bisa memahaminya. Oleh karena itu kali ini kami hadir untuk membahas salah satu jenis budaya politik itu. Apa yang akan kita ulas kali ini? Kali ini kita akan membahas mengenai ciri-ciri budaya politik parokial yang bisa kita pahami sehingga ilmu yang kita punya bisa bertambah. Kita harus paham dan tahu mengenai budaya politik di Indonesia karena budaya politik ternyata juga memiliki manfaat budaya politik bagi masyarakatnya. Berikut ini adalah informasi lengkapnya Pengertian Budaya Politik ParokialSebelum tahu mengenai ciri-cirinya sebaiknya secara singkat terlebih dahulu kita mengetahui tentang pengertian dari budaya politik parokial supaya kita bisa membedakannya dengan budaya politik yang lainnya. Budaya poltik parokial adalah suatu budaya politik yang dilakukan dalam lingkup yang kecil. Selain itu masyarakat di dalam budaya politik parokial ini masih hidup dengan tradisional dan sangat sederhana. Dan masyarakatnya juga memiliki pengertian yang rendah dalam politik sehingga mereka tidak akan tertarik mengetahui politik diluar daerahnya. Sehingga perannya di dalam politik sendiri juga bisa dibilang kecil atau mungkin hampir tidak ada. Setelah ini kita akan mengetahui apa saja ciri dari budaya yang satu Budaya Politik Parokial Setelah mengetahui secara singkat apa itu pengertian dari budaya politik parokial maka saatnya kita tahu apa saja ciri-ciri dari budaya yang satu ini. Berikut adalah beberapa ciri dari budaya politik parokial yang bisa kita ketahui secara seksama. Simak baik-baik ciri-cirinya Berlangsung pada masyarakat yang masih tradisional dan sederhana Seperti yang sudah kita bahas secara singkat dalam pengertian tadi, budaya politik ini masih terjadi pada masyarakat yang tradisional. Budaya politik parokial yang dimana masyarakatnya enggan mengetahui tentang politik secara luas ini biasanya ada pada daerah pedalaman. Dimana mereka masih hidup dengan tradisional dan sederhana sehingga tak akan memikirkan atau tak akan tertarik dengan politik. Mungkin mereka masih mengandalkan kepemimpinan secara tradisioanal seperti menganut ke kepala suku atau tetua-tetua yang ada di terlihat peran politik khusus di dalamnya Ciri yang kedua adalah di dalam lingkup masyarakat itu tidak akan terlihat peran-peran politik tertentu atau khusus di dalamnya. Tidak ada pembagian-pembagian peran politik seperti yang ada di budaya politik lainnya. Namun disini peran politik masih terbatas dan mungkin akan dilakukan bersamaan dengan beberapa peran lainnya seperti misalnya peran ekonomi, dan juga peran keagamaan sekalipun. Sehingga masih menjadi satu dan tidak ada pembagian peran secara tidak menaruh minat kepada objek yang sifatnya luas Seperti yang kita ketahui diatas, masyarakat yang ada di dalam budaya politik parokial ini adalah masyarakat yang dimana mereka tidak menaruh minat kepada objek-objek yang sifatnya luas. Jika misalnya pada saat ini kita sudah bisa memperhatikan atau tertarik dengan politik walau bukan daerah kita berbeda dengan mereka. Mereka tidak akan tertarik dengan objek politik yang lebih luas, mereka hanya akan mengurus apa yang menjadi kewenangan di daerah mereka sendiri. Secara kasar mungkin seperti ini, mereka tidak akan memberikan minat jika sebuah objek politik itu tidak ada sangkut pautnya dengan tidak akan berharap pada sistem politikCiri yang keempat adalah masyarakat tidak akan berharap banyak kepada sistem politik yang ada. Jika mungkin beberapa golongan pada masa sekarang berharap adanya perubahan dari sistem politik bahkan sampai keuntungan maka berbeda dengan budaya politik parokial. Dimana mereka tidak akan mengharapkan apa-apa dari sistem politiknya, mereka tidak akan mengharapkan keuntungan atau perubahan. Yang dipikirkan hanyalah bagaimana sistem politik itu dapat berjalan untuk kelangsungan hidup mereka hanya itu menganggap jika politik itu adalah hal yang tabu Berbeda dengan masyarakat dengan sistem budaya politik partisipan. Masyarakat yang ada di dalam budaya politik parokial ini tidak akan tertarik dengan yang namanya “politik”. Masyarakat ini akan menganggap jika politik itu adalah hal yang tabu bahkan untuk dibicarakan saja, oleh karena itu kebanyakan dari masyarakat menutup diri dengan yang namanya politik dan tidak mau ikut serta mengurusi masalah yang berbau masyarakat kepada politik masih rendahYang selanjutnya, pemahaman masyarakat terhadap politik ini masih sangatlah rendah. Bahkan mereka tidak mengerti tentang bagaiamana berjalannya sistem politik sehingga masyarakat akhirnya tidak mau ikut politik itu secara pasif ataupun aktif karena menganggap politik itu adalah hal yang merepotkan dan tidak mereka ketahui. Oleh karena itu keikutsertaan masyarakat terhadap politik pada budaya politik parokial ini sangatlah masyarakat akan kewenangan pemerintah dalam politik masih sangat minim Bagi masyarakat yang ada di dalam sistem budaya politik parokial ini juga masih sangat rendah mengenai kesadaran pada kewenangan pemerintah dan juga kewenangan kekuasaan dalam sebuah pemerintahan. Karena mereka tidak tahu apa itu politik, maka mereka tidak akan protes ketika seorang pemimpin memimpin daerah mereka dalam waktu yang sangat lama sekalipun. Itu karena mereka merasa tidak masalah dengan kepemimpinan karena mereka tidak tahu politik dengan baik. Sehingga mereka cenderung mengabaikan wewenang pemerintahan dan juga tidak memiliki kemampuan untuk berpartisipasi dalam politik Karena tidak tahu menahu mengenai politik, maka masyarakat di dalam budaya politik dan parokial ini tidak akan memiliki kemampuan untuk bisa beraprtisipasi di dalam bidang politik. Jika mereka mau pun mereka tidak bisa ikut serta di dalam politik karena mereka sendiri tidak tahu apa dasar-dasar dan yang harus dilakukan di dalam bidang politik yang ada. Sehingga mereka akan memilih untuk diam dan tidak ikut serta dalam kegiatan politik karena akan menjadi percuma bagi mereka. Sehingga mereka tidak akan pernah berpikir untuk ikut serta menjadi bagian dalam politik politik yang hanya berlangsung afektif dan normtif daripada kognitifContoh budaya politik di lingkungan masyarakat sangatlah beragam dan bisa kita temui sehari-hari. Namun budaya politik parokial ini sangat terbatas dan sangatlah minim, oleh karena itu sistem politknya pun berbeda dengan sistem budaya politik yang kita anut sekarang ini. Karena masih berlangsung pada masyarakat tradisional maka mereka tidak akan mengerti secara luas mengenai sistem politik. Sehingga sistem politik itu akan hanya berlangsung di daerahnya secara afektif dan normatif saja ketimbang kognitif. Dimana masksudnya sistem politik hanya akan berlangsung secara minat secara sempit, watak, perilaku, dan juga normatif berpegang teguh pada norma dan adat yang ada daripada kognitif yang dilakukan dari beberapa tahapan seperti pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, dan evaluasi. Jadi masih sangat sederhana dan tradisioanal yang kesepuluh adalah mereka akan menjadi sangat apatis kepada apapun yang berbau dengan sistem politik. Mereka acuh tak acuh dan tidak peduli dengan apapun yang berbau politik yang ada di daerah mereka atau yang ada di luar lingkup mereka. Mereka akan berpikir jika politik itu bukanlah suatu yang penting yang mereka harus pahami atau lakukan sehingga mereka akan bersikap apatis karena mereka berpikir jika bisa hidup dengan baik bahkan tanpa adanya politik sekalipun di daerah Budaya Politik ParokialSetelah mengetahui secara singkat apa pengertian dan juga ciri-ciri budaya politik parokial sekarang waktunya kita mengetahui apa saja contoh budaya politik parokial supaya pemahaman kita mengenai budaya politik parokial lebih mudah kita pahami. Berikut ini adalah beberapa contoh budaya politik parokial yang bisa kita pahami Mayarakat yang tidak peduli dengan pemimpin di dalam negaranyaWalau mungkin masyarakat tinggal di pedalaman di sebuah negara, tetap saja mereka tidak akan peduli dengan siapa pimpinan atau struktur politik yang ada di negara itu. Mereka tidak akan peduli dengan siapa pimpinan politik saat ini, mereka hanya peduli dengan lingkup daerahnya sendiri mengikuti pemilihan Bagi masyarakat modern pun mungkin juga ada yang memilih untuk menganut budaya politik parokial seperti ini sehingga mereka akan bersifat apatis sama seperti ciri yang sudah kita sebutkan diatas tadi. Mereka akan apatis dan tidak akan mau untuk mengikuti pemilihan seperti pemilu dan memilih untuk golput saja karena menurut mereka hal seperti ini tidaklah terlalu penting bagi menganut sistem politik tradisionalContoh selanjutnya adalah masyarakat tidak akan menganut politik secara luas. Mereka masih melakukan sistem politik itu secara tradisional dan juga biasanya akan lebih condong ke normatif yaitu berpegang teguh pada sebuah nilai-nilai dan juga adat. Serta tidak ada pembagian khusus sehingga kehidupan masyarakat akan berjalan bebarengan dengan ekonomi, keagamaan, dan dia beberapa ciri-ciri budaya politik parokial yang bisa kita berikan beserta dengan pengertian singkat dan juga beberapa contohnya. Selain mengetahui tentang budaya politik parokial kita juga harus tahu mengenai budaya politik yang lainnya seperti misalnya ciri-ciri budaya politik partisipan dan juga peran serta budaya politik partisipan bagi masyarakat sehingga kita bisa tahu apa saja mengenai budaya politik selain budaya politik partisipan. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga kalian bisa paham dengan benar! Apa itu budaya politik parokial? Budaya politik parokial memiliki banyak arti dan penjelasan. Berikut ini adalah beberapa definisi budaya politik parokial menurut para ahli Mochtar Masoed & Colin Mc. Andrew – Budaya politik parokial merupakan budaya yang terjadi karena masyarakat tidak menyadari peran pemerintah pusat dan juga sistem politik demokrasi yang Almond – Budaya politik parokial merupakan budaya dalam masyarakat yang memilki tingkat partisipasi dalam pemerintahan yang rendah, kondisi ini disebabkan oleh kurangnya wawasan dan pengetahuan Yang Menganut Politik ParokialDari 2 pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa negara yang menganut politik parokial merupakan negara yang menganut budaya dengan tingkat partisipasi dalam pemerintah yang rendah karena tidak menyadari adanya peran serta hak pemerintah pusat. Kondisi tersebut disebabkan oleh kurangnya wawasan serta informasi yang diperoleh. Pada negara yang menganut politik parokial, sebagian masyarakatnya tidak memiliki ketertarikan dalam bidang politik ataupun sistem politik yang dijalankan. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka hampir tidak pernah membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan masalah politik. Selain karena faktor pendidikan, faktor ketidak tertarikan menjadi penyebabnya. Apabila dihadapkan pada instutusi politik, masyarkaatnya tidak memiliki keberdayaan politik dan kompetensi politik yang kompetensi dan keberdayaan politik nantinya akan menyebabkan sulitnya pembangunan demokrasi pada negara dengan budaya politik parokial. Demokrasi pada negara tersebut hanya dapat dibangun apabila terdapat rasa kewarganegaraan baru serta keinginan untuk berpartisipasi dalam politik. Adapun contoh budaya politik parokial di Indonesia adalah masyarakat suku badui, provinsi Banten. Masyarakat suku badui memilih untuk menutup diri terhadap kemajuan yang telah ada, mereka juga memilih untuk tidak ikut serta dalam tujuan pembangunan politik yang diberlakukan pada suku badui adalah sistem politik identitas keturunan, mereka tidak ingin dikenal oleh khalayak ataupun mengenalkan diri kepada orang lain. Contoh lainnya terjadi di wilayah Papua. Seperti yang kita ketahui bahwasanya pendidikan disana sangatlah rendah, segala sistem kehidupan masih sederhana, sangat jauh dari kehidupan ibu kota Jakarta. Kurangnya pendidikan yang mereka miliki membuat terjadinya kerugian bagi pihak masyarakat ataupun pemerintahan. Mengapa demikian? Karena ketika pemilihan umum dilaksanakan, mereka hanya diwakilkan oleh Kepala Sukunya Masyarakat dan Tempat TinggalUmumnya, masyarakat yang tinggal dalam suatu negara tentunya memiliki peran yang aktif dalam negaranya sendiri demi mencapai tujuan kebijakan publik. Namun, pada masyarakat dengan politik parokial tidak demikian. Masyarakat parokial cenderung memiliki sifat apatis. Mereka juga memiliki sifat pasif apabila diminta untuk berpartisipasi dalam dunia perpolitikan. Sebagian besar dari mereka mengganggap bahwa dunia politik adalah sesuatu yang tabu, sehingga mereka lebih menutup masyarakat parokial tinggal di daerah terpencil atau di desa yang sangat jauh dari keramaian. Kondisi ini yang menyebabkan mereka tidak mengetahui perkembangan dari contoh kebijakan publik di masyarakat yang dijalankan oleh pemerintah. Dari segi fasilitas pendidikan pun dirasa masih sangat kurang. Bangunan sekolah yang ada di sekitar tempat tinggal mereka masih sedikit dan hanya setingkat SD-SMP saja. Untuk jenjang pendidikan tingkat SMA jarang sekali ditemukan, bahkan untuk jenjang Kuliah hampir tidak Kehidupan Politik IdentitasPada negara yang menganut politik parokial, masyarakatnya menjalankan politik identitas. Apa itu politik Identitas?, Merupakan sebuah kebijakan dengan karakteristik identitas nasional yang ditentukan oleh kriteria-kriteria tertentu, contohnya disini adalah keturunan, jenis kelamin, suku dan lain sebagainya. Politik identitas ini digunakan sebagai tingkatan atau rasa saling menghormati mereka dalam lingkup tempat tinggalnya. Contohnya disini individu A merupakan keturunan leluhur D yang merupakan tokoh terkemuka di masa lalu. Anak dan cucu dari leluhur D inilah yang kemudian dihormati dan disegani oleh kehidupan yang diterapkan oleh masyarakat parokial adalah sistem tradisional yang pola pikirnya belum dipengaruhi oleh bermacam-macam dampak globalisasi. Kehidupan yang mereka jalani juga masih sederhana, belum dicampuri oleh kemajuan teknologi dan komunikasi. Disisi lain, kehidupan mereka masih tradisional dengan masih menjalankan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh pendahulunya. Adapun contohnya adalah mereka membajak sawah masih menggunakan kerbau, mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai petani, pekebun dan peternak. Kehidupan yang mereka jalani juga sangat tradisional. Masih menggunakan alat-alat sederhana untuk aktivitas sehari-hari. Disisi lain, cara pengobatan yang mereka gunakan ketika ada salah seorang anggota keluarga yang sakit juga masih tradisional dengan menggunakan bahan tanaman yang tumbuh disekitar rumah mereka. Contohnya disini adalah mereka masih menggunakan jahe untuk menyembuhkan beberapa penyakit seperti Negara Politik ParokialNorma dalam masyarakat adalah sebuah pedoman yang diatur agar masyarakat mematuhinya sebagai pedoman untuk bertingkah laku yang baik. Pada negara yang menganut politik parokial, norma-norma yang dijalankan sudah terstruktur sedemikian rupa dan biasanya memiliki sifat partisipan. Mengapa demikian?, Hal ini bertujuan agar tetap terjadi keselarasan antara mereka dengan budaya partisipan yang seharusnya mereka kondisi ini terkadang menimbulkan suatu ketimpangan antara struktur norma dengan sifat partisipan dengan budaya alami yang bersifat parokial. Hubungan kebudayaan dengan masyarakat adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, keduanya saling melengkapi satu sama lain. Segala bentuk aktivitas akan terus berjalan dengan konsisten adalah bagian dari kebudayaan. Segala bentuk kebudayaan dalam masyarakat juga memiliki kaitannya dengan politik. Namun, hal tersebut kembali pada kebudayaan yang mereka anut. Apakah peduli atau penjelasan tentang negara yang menganut politik parokial terlengkap yang dapat kamu ketahui. Semoga bermanfaat ! Indonesia sebagai negara Demokrasi yang memberikan kesempatan untuk setiap orang untuk memilih dan menduduki posisi kekuasaan terbesar dalam organisasi nasional atau pemerintah. Hal itu dapat dilihat dari agenda yang akan datang yaitu Pemilu dan Pilkada 2024. Pemilu dan Pilkada ini akan membuat tahun 2024 menjadi tahun politik besar-besaran di Indonesia. pada tahun tersebut Pemilu dan Pilkada yang terjadi juga akan dilaksakan tanggal 14 Februari 2024, diselenggarakan pemilihan presiden dan wakil presiden, serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD provinsi dan kabupaten/kota, Dewan Perwakilan Daerah DPD Republik Indonesia, dan Dewan Perwakilan Rakyatnya. DPR. Pada 27 November 2024, pemilihan kota akan berlangsung. Di seluruh Indonesia, gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, walikota dan wakil walikota akan dipilih melalui pemilihan kepala pertama akan menjadi yang terbesar di Indonesia. karena pilkada dan pilkada sebelumnya tidak pernah terjadi pada tahun yang sama. Pemilu besar-besaran ini dapat memicu potensi adanya politik PolitikMenurut Almond dan Verba terdapat tiga bentuk kebudayaan politik. Pertama, kebudayaan politik partisipan, dimana warga memberikan perhatian besar pada politik dan menganggap partisipasi warga sebagai hal yang diharapkan dan bermanfaat. Kedua, kebudayaan politik subyek dicirikan sikap pasif warga dan menganggap kapasitas mereka sangat terbatas mempengaruhi pemerintahan. Ketiga, kebudayaan politik parokhial, ditandai ketiadaan hasrat warga untuk berpartisipasi dalam politik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan orientasi, sikap, dan perilaku politik individu yang masih ada hingga pemilu 2024 nanti adalah cerminan dampak politik dari pemilu-pemilu yang sudah TransaksionalPolitik transaksional mengacu pada pembagian kekuasaan politik atau pemberian dalam bentuk produk, uang tunai, jasa, atau kebijakan tertentu yang bertujuan untuk mempengaruhi satu atau lebih individu dan untuk mencapai keuntungan tertentu berdasarkan perjanjian politik yang ditandatangani oleh berbagai partai politik atau elit politik. Politik transaksional adalah kata yang paling sering diasosiasikan dengan pemilu di Indonesia. Memberi janji untuk mempengaruhi orang disebut sebagai politik transaksional. Politik Transaksional yang biasa terjadi adalah Money Politic atau Politik Uang. Politik Uang ini kerap terjadi pada saat pemilu, meski begitu tidak selalu uang yang digunakan untuk melakukan transaksi tersebut, transaksi tersebut juga dapat digunakan melalui barang-barang seperti sembako, dll. Transaksi Terlepas dari beberapa makna yang ada, politik transaksional adalah ungkapan bahasa Indonesia yang digunakan untuk menggambarkan segala bentuk korupsi terkait pemilu, termasuk korupsi politik dan pembelian suara Voting buying.Apa itu Budaya Politik Parokial?Kebudayaan Politik Parokial adalah tingkat partisipasi politik dari masyarakat yang sangat rendah, yang disebabkan faktor kognitif seperti tingkat pendidikan relatif rendah. Masyarakat di budaya parokial ini tidak memiliki minat terhadap politik. Orientasi parokial menyatakan, ketiadaannya harapan-harapan terhadap perubahan yang diperbandingkan dengan sistem politik lainnya. Dengan kata lain, masyarakat dengan budaya parokial tidak mengharapkan apapun dari sistem politik termasuk bagian-bagian terhadap perubahan Ilustrasi Dokumentasi PenulisMasyarakat dalam budaya politik parokial pada Pemilu 2024 ini akan memiliki orientasi kognitif parokial dimana masyarakat hanya sekedar mengenal simbol-simbol politik, pengetahuan mendasar tentang kepercayaan politik, peranan dan segala kewajibannya serta input dan outputnya. Orientasi kognitif ini bisa dicontohkan dengan sikap politik seseorang saat menentukan pilihan politik di pemilu. Apabila individu tersebut sekadar mengetahui simbol politik partai pilihannya tanpa mengetahui visi dan misi mendalam dari partai yang dipilihnya, maka individu tersebut berorientasi politik yang kognitif. Di Indonesia, Masyarakat yang berorientasi kognitif biasanya partisipasi politiknya rentan di pengetahuan dan kesadaran yang minim tentang politik masyarakat yang menganut budaya politik parokial ini berpotensi memicu adanya politik transaksional yang berujung memobilisasi masyarakat untuk memilih suatu calon. Adanya politik transaksional ini juga berpotensi untuk melahirkan pemimpin yang tidak jujur dan berpotensi korupsi dengan membaca ini masyarakat Indonesia bisa dapat berpartisipasi aktif dalam politik, mengetahui politik dengan mendalam, dan sadar betapa bahayanya akan politik transaksional

di indonesia budaya politik parokial tumbuh di wilayah